Selasa, 07 Juni 2016
Selasa, 17 Mei 2016
CH. 14 MANAGING RISK
C1C012006 Rosi Nurdianti
C1C012013 Ayu mutiarani
C1C012025 Ikbal A. Nugraha
C1C012030 Annisa Ragillia
C1C012039 Mega Kurniasari
JetBlue dan WestJet
: Kisah Dua Proyek IS
Perusahaan penerbangan JetBlue dan
WestJet menjadi industri yang mengembangkan penggunaan biaya rendah dan
peningkatan efisiensi yang tinggi. Namun, untuk melakukan perbaikan IT,
hubungan dengan pelanggan harus dipertahankan agar pelanggan memberikan kepercayaan
pada merek atau nama perusahaan.
JetBlue didirikan pada tahun 1999 oleh
David Neeleman yang berkantor pusat di Queens, New York. Dengan tujuan untuk
memberikan biaya rendah disertai fasilitas-fasilitas yang unik, dan juga
pengembangan IT untuk pencapaian tujuannya. JetBlue terus berkembang pesat
dengan keuntungan yang besar, namun pada tahun 2005 perusahaan mengalami
kerugian pertama kalinya saat perusahaan berubah menjadi perusahaan go public. Dengan respon yang cepat,
perusahaan segera menerapkan perencanaan “Return
to Profitability” yang secara konsisten berada di peringkat atas survei
kepuasan pelanggan dan juga peringkat untuk penerbangan AS.
WestJet berkantor pusat di Calgary,
Kanada yang didirikan pada tahun 1996. Perusahaan ini memulai usahanya dengan
memiliki 40 karyawan dan tiga pesawat. Pada tahun 2010, WestJet mencapai hingga
40 persen di pasar penerbangan Kanada. JetBlue sedikit lebih besar dibandingkan
WestJet, tetapi keduanya telah menggunakan sistem biaya rendah dengan sistem
pelayanan yang baik untuk mencapai profitabilitas di pasar maskapai.
Perbaikan sistem reservasi membawa
risiko khusus yang berasal dari perspektif pelanggan yaitu pelanggan tidak
melihat adanya perbedaan setelah perbaikan atau implementasi gagal yang
menyebabkan ketidakpuasan pelanggan.
JetBlue maupun WestJet melakukan kontrak
dengan Sabre Holdings yang merupakan salah satu provider maskapai yang paling banyak digunakan untuk memperbaiki
sistem reservasi maskapai penerbangan. SabreSonic CSS melakukan penyusunan yang
luas untuk setiap maskapai penerbangan yang seluruh data transaksinya disimpan
terpusat dalam sistem. JetBlue memilih Sabre untuk mewarisi pengembangan sistem
yang bersaing dengan Navitaire dan WestJet telah melakukan perbaikan dari
sistem reservasi Sabre yang sudah lama. WestJet merupakan perusahaan yang
pertama kali melaksanakan SabreSonic CSS. Ketika WestJet menggunakan sistem
baru pada bulan Oktober tahun 2009, banyak pelanggan yang melakukan pemesanan yang
menyebabkan situs web WestJet mengalami kerusakan. Call Center WestJet juga kewalahan karena banyaknya penerimaan
panggilan keluhan pelanggan. Untuk mengatasi hal ini, WestJet memindahkan
840.000 file yang berisi data transaksi pelanggan yang sudah melakukan
pembayaran dari sistem reservasi WestJet sebelumnya yang bertempat di Calgary
untuk dipindahkan ke Sabre server di Oklahoma. Pemindahan file ini memerlukan
tahap-tahap proses yang kompleks, namun
WestJet tidak melakukan antisipasi waktu untuk transfer yang dibutuhkan
untuk memindahkan file dan gagal untuk mengurangi jumlah penumpang yang
beroperasi selanjutnya setelah terjadi perubahan. Ratusan dari ribuan pemesanan
penerbangan selanjutnya menjadi tidak dapat diakses selama transfer file,
karena Sabre perlu menyesuaikan penerbangan dengan sistem baru.
Penundaan
ini memicu banyaknya ketidakpuasan pelanggan, selain meningkatnya panggilan
keluhan pelanggan, pelanggan juga menggunakan situs internet seperti situs
Facebook untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka. Situs WestJet juga
dipenuhi dengan keluhan pelanggan yang akhirnya mengakibatkan kerusakan yang
berualang. WestJet segera meminta maaf kepada pelanggan atas masalah ini,
setelah itu WestJet menjelaskan mengapa kesalahan tersebut terjadi
Laporan pendapatan terbaru WestJet
menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil mnengatasi masalahnya dan kembali
mendapatkan keuntungan, tetapi akibat dari insiden tersebut, perusahaan perlu
untuk melakukan kembali upaya pertumbuhan. WestJet membuat program frequent flyer dan kartu kredit co-branded, yaitu RBC WestJet MasterCard
dengan tambahan rencana code-sharing yang
bekerja sama dengan maskapai penerbangan lainnya termasuk Southwest, KLM, dan
British Airways.
Sebaliknya, JetBlue memiliki keuntungan
dengan melihat WestJet sebelum memulai pelaksanaanya. JetBlue membangun situs
Web Backup untuk mencegah risiko yang buruk, perusahaan juga menyewa 500
pekerja call center sementara untuk
mengelola layanan panggilan (WestJet juga berhenti untuk menyewa pekerja
sementara call center sampai
perusahaan berhasil mencapai pertumbuhannya) . JetBlue memlih waktu yang tepat
untuk pengalihan file ke server Sabre dan juga menambahkan beberapa fungsi
pemesanan.
Namun, JetBlue juga mengalami kegagalan
dalam pelayanan pelanggan. Pada tahun 2007, JetBlue mencoba mengoperasikan
penerbangan saat badai salju ketika semua maskapai lainnya membatalkan
penerbangan. Hal ini merupakan keputusan yang buruk karena kondisi cuaca
tersebut, penerbangan ditunda dan penumpang menunggu hingga 10 jam. JetBlue
harus membatalkan penerbangan yang mencapai 1100 pembatalan sehingga kerugian
mencapai $ 30 juta. Karena masalah tersebut ditambah masalah yang dialami
WestJet, membuat semakin termotivasinya JetBlue untuk melakukan pendekatan yang
lebih hati-hati untuk implementasi sistem IT perusahaan.
1.
Seberapa
penting penerapan sistem reservasi pada perusahaan penerbangan seperti WestJet
dan JetBlue? Bagaimana sistem reservasi tersebut memberikan dampak pada
aktivitas operasional dan pembuatan keputusan?
Sistem reservasi untuk maskapai
penerbangan seperti WestJet dan JetBlue sangatlah penting karena kedua
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang mengutamakan pelayanan terhadap
pelanggan dalam hal biaya rendah dengan fasilitas-fasilitas terbaik. Dengan
meningkatkan sistem reservasinya, maka akan memenuhi kepuasan pelanggan yang
akhirnya dapat memperoleh keuntungan yang besar bagi perusahaan.
Peningkatan sistem
reservasi yang dilakukan oleh WestJet dan JetBlue akan memberikan dampak
operasional seperti pengelolaan untuk meningkatkan pemesanandengan volume
penjualan yang lebih besar. Selain itu juga mempermudah pelanggan dalam
pemesanan tiket serta mempermudah perusahaan dalam manajemen pemesanan tiket
penerbangan. Untuk pengambilan keputusannya, perusahaan akan menambahkan jumlah
jadwal penerbangannya dan juga menambah opsi tempat tujuan penerbangan.
2.
Evaluasi
faktor risiko kunci dari proyek untuk meningkatkan sistem pemesanan dari
WestJet dan JetBlue.
(1)
Project
Size, proyek sistem pemesanan tiket online ini memiliki ukuran yang sangat
luas, karena akan mempengaruhi hampir keseluruhan aktivitas bisnis perusahaan.
Proyek pembuatan pemesanan tiket secara online tentu saja akan mencakup banyak
hal seperti jumlah kursi, tempat tujuan penerbangan, jadwal penerbagan dan
biaya penerbangan. Konsep pelayanan yang diberikan oleh WestJet dan JetBlue
adalah low-cost high-efficiency dimana perampingan biaya biasa terjadi. Untuk
ukuran proyek jika dilihat dari besarnya perusahaan maka JetBlue dengan 7.700
Pegawai dan 380 Pesawat yang mana sedikit lebih besar dibandingkan dengan
WestJet. Maka komplekstisitas bisnis lebih besar terjadi pada perusahaan
JetBlue.
(2)
Project
Structure, dengan besarnya perusahaan JetBlue dibanding WestJet maka struktur
dari proyek pemesanan tiket secara online lebih besar pada JetBlue. Kemudian,
WestJet melakukan inisiatif untuk melakukan pengembangan pemesanan tiket online
terlebih dahulu untuk mendapatkan keuntungan sebagai perusahaan pelopor namun
dengan persiapan yang ternyata masih kurang mengakibatkan perusahaan mengalami
kerugian karena belum siapnya manajamen dan teknologi untuk mendukung rencana
tersebut.
(3)
Experience
with Technology, meskipun WestJet mengembangkan teknologi dari SabreSonic CSS
yang sebelumnya sudah pernah dipakai namun karena persiapan yang belum matang
mengakibatkan banyaknya pelanggan yang merasa kecewa karena server sering
mengalami down dan callcenter yang sering penuh akibat dari banyaknya pelanggan
yang tertarik.
3. Klasifikasikan dan uraikan
permasalahan setiap maskapai dihadapi dalam menerapkan sistem reservasi baru.
Apa faktor yang menyebabkan masalah pada manajemen, organisasi, dan teknologi
tersebut?
Pada maskapai
penerbangan JetBlue
Masalah
yang dihadapi JetBlue adalah adanya pemaksaan penerbangan yang dilakukan pada
bulan Februari 2007 dimana JetBlue memaksa untuk tetap melaksanakan penerbangan
selama badai salju ketika semua maskapai penerbangan sudah memutuskan untuk
membatalkan penerbangan. Hal ini
merupakan keputusan yang buruk karena kondisi tersebut mengakibatkan penumpang
menjadi terlantar selama
10 jam dan akibat lainnya yaitu JetBlue mengalami kerugian mencapai $ 30 juta
karena tidak dapat melakukan penerbangan lainnya selama beberapa waktu.
Pada maskapai penerbangan WestJet
Dalam
perbaikan sistem pada penerbangan WestJet yang mengunakan sistem reservasi
dimana WestJet
tidak mengantisipasi atau tidak mempunyai situs cadangan untuk memindahkan file pada saat terjadi perubahan sistem
baru yang mengakibatkan pemesanan penerbangan mengalami kesulitan untuk
mengakses sistem selama transfer file
yang akhirnya berdampak negatif untuk kedepannya. Selain itu perusahaan
WestJet juga tidak meggantisipasi risiko
yang terjadi saat penerapan sistem baru sehingga menyebabkan adanya
ketidakpuasan pelanggan.
4.
Deskripsikan
langkah-langkah yang mungkin diambil untuk mengendalikan risiko atas projek
tersebut.
Beberapa
projek manajemen membutuhkan pengumpulan dan metodologi perencanaan yang
dibangun untuk kategori yang spesifik dari permasalahan implementasi. Strategi
juga diterapkan untuk memastikan bahwa pengguna berada pada peran yang tepat
selama waktu implementasi dan juga digunakan untuk mengelola proses perubahan
organisasional. Tidak semua aspek dari proses implementasi dapat dikontrol atau
direncanakan dengan mudah. Mengantisipasi masalah yang timbul ketika
pengimplementasian dan penerapan strategi yang tepat dapat meningkatkan
kemungkinan kesuksesan penerapan sistem. Langkah pertama menurut Schmidt et al
(2010) dalam mengelola risiko adalah dengan mengidentifikasi sifat dan level
risiko yang dihadapi dalam projek tersebut. Kemudian menurut Iversen,
Mathiassen, and Nielsen (2004), pihak yang melakukan implementasi dapat
menangani masing-masing projek dengan beberapa perangkat dan pendekatan
manajemen risiko yang disiapkan untuk level risiko.
Langganan:
Postingan (Atom)